Selasa, 20 Desember 2011

Anak Susah Konsentrasi dan Hiperaktif


Anak Susah Konsentrasi dan Hiperaktif
Oleh:
Syifa Jauhar Nafisah
Tasawuf Psikoterapi/V

Saat ini, banyak anak yang tampak memiliki kesulitan dalam konsentrasi. Anak dengan gangguan konsentrasi bisa dibarengi dengan perilaku hiperaktif. Masalah ini dinamakan dengan istilah gangguan konsentrasi/gangguan pemusatan perhatian dan perilaku hiperaktif atau ADHD (attention-deficit hyperactivity disorder). Secara teori gangguan ini ditandai dengan aktivitas motorik berlebih dan ketidakmampuan untuk memfokuskan perhatian. ADHD merupakan gangguan psikologis yang banyak terjadi pada anak-anak usia sekolah dasar. Walaupun kesulitan konsentrasi merupakan dasar dari gangguan ini, tapi akan timbul perilaku-perilaku lain pada anak misalnya perilaku agresif, destruktif, teper tantrum dan keras kepala. Secara sederhana pada usia tersebut anak dengan gangguan ADHD memperlihatkan sikap tidak memiliki perhatian, perilaku hiperaktivitas, dan  perilaku impulsif.
Pola gangguan
Tidak mudah untuk membedakan anak yang mengalami ADHD dan anak yang normal. Menjadi hal yang sangat wajar jika perilaku yang timbul pada anak-anak aktivitas yang tinggi dan semaunya misalnya, anak lebih suka berlari-lari daripada fokus pada hal tertentu. Hal ini berkaitan dengan proses terapinya. Oleh karenanya dibutuhkan beberapa kali pertemuan untuk dapat mengatakan seorang anak memiliki gangguan konsentrasi dan hiperaktif (ADHD). Untuk dapat didiagnosa ADHD, gangguan ini harus timbul pada anak sebelum usia 7 tahun dan berlangsung selama 6 bulan berkelanjutan.
Disini saya sedikit memberikan observasi awal dengan  ciri-ciri khusus dari ADHD seperti yang telah disebutkan diatas: pertama, tidak memiliki perhatian atau kurangnya perhatian anak secara detail, misalnya ceroboh dalam mengerjakan tugas sekolah, tidak mengikuti instruksi, kehilangan alat-alat sekolah, mudah teralihakan perhatiannya, tidak mampu beralih fokus dari satu objek ke objek lainnya, hanya memilih tugas yang mudah, terkadang melakukan aktifitas yang tidak bertujuan tanpa eksplorasi yang terpusat, pada waktu bermain anak terlihat tidak memperhatikan temen bermainnya, ketergantungan pada orang dewasa untuk memusatkan perhatian pada saat bermain. Kedua, hiperaktivitas atau aktifitas yang tinggi, perilaku yang timbul adalah tangan atau kaiki bergerak gelisah atau menggeliat-geliat di kursi, meninggalkan kursi pada situasi belajar yang menuntut duduk tenang, berlarian atau memanjat benda-benda secara terus-menerus, kesulitan bermain dengan tenang. Ketiga, impulsivitas, sering berteriak, tidak bisa menunggu antrean. Paling tidak ciri-ciri tersebut timbul dalam perilaku anak untuk mengatakan bahwa anak tersebut memiliki gangguan konsentrasi dan hiperaktif.
Perspektif teoritis
Menurut para peneliti ada dua  faktor yang menyebabkan anak memiliki masalah dalam konsentrasi dan perilaku hiperaktif, tamapaknya faktor yang sangat mempengaruhi adalah faktor  biologis dan lingkungan. Pengaruh faktor biologis bisa diidentifikasi dari anak yang ibunya merokok selama masa kehamilan. Merokok pada masa kehamilan menyebabkan kerusakkan otak pada perkembangan prenatal anak. Sebagai kelanjutan dari penelitian faktor biologis/genetis, ditemukan bahwa anak pengidap ADHD mengalami berkurangnya fungsi otak bagian depan yaitu bagian otak yang bertanggung jawab sebagai self-control dan menghambat impuls-impuls. Faktor selanjutnya yaitu faktor lingkungan, keadaan keluarga yang sering menciptakan keributan, pertengkaran yang dapat menimbulkan emosi tinggi pada masa kehamilan dan tidak tepat pada pola asuh dalam menangani perilaku anak, kurangnya reinforcement untuk perilaku yang tepat.
Penanganan
Penanganan yang dilakukan untuk anak yang mengalami gangguan ini yaitu dengan menggunakan obat-obatan stimulan yang memiliki efek menenangkan dan meningkatkan rentang perhatian anak ADHD. Pengaruh dari obat-obatan stimulan tidak hanya mampu menenangkan dan meningkatkan aksi perhatian anak, tapi juga mampu mengurangi bentuk impulsivitas, overaktivitas, perilaku menganggu dan agresif.
Penggunaan obat-obatan stimula ini mengundang banyak kritik, meskipun demikian, jika digunakan dengan aturan tertentu pengobatan stimulan dapat membantu banyak anak ADHD menjadi tenang dan berkonsentrasi untguk situasi tertentu, anak ADHD akan memiliki  perhatian terhadap hal-hal sekitarnya, berkonsentrasi lebih baik untuk menghadapi tugas-tugas atau pun kegiatan-kegiatan di sekolahnya. Penanganan dengan obat-obatan tidak akan menciptkan perubahan perilaku ADHD, maka bisa dikolaborasikan dengan teknik-teknik behavioral atau kognitif-behavioral untuk mendapatkan perubahan yang maksimal dalam penanganannya. Penanganan kognitif-behavioral dilakukan sebagai modifikasi perilaku pada penggunaan reinforcement, misalnya orang tua atau guru memberikan pujian terhadap anak ADHD saat dia mulai mampu fokus pada intruksi dan duduk tenang, selanjutnya bisa dilakukan modifikasi kognitif. Penanganan ini berfungsi memnabtu anak untuk mengembangkan perilaku yang lebih tepat dan keterampilan memperhatikan. Perlu ditekankan untuk orang tua agar selalu menggunakan reinforcement yang tepat pada anak untuk perilaku-perilakunya yang sudah tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar