Agama dan
Psikologi Transpersonal
a.
Agama
Agama adalah
fitrah manusia. Kefitrian agama telah Allah SWT cantumkan dalam Al-Quran Surat ArRuum: 30. bahwa Allah SWT telah menyimpan agama pada
jiwa (hati) manusia yang paling dalam:
Maka
hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.
Dalam tafshir Quran Jalalaini Fitrah Allah SWT Maksudnya
ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama
tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar.
mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
Bagaimana agama tumbuh??
Ada beberapa hasil hipotesa mengenai
kemunculan agama pada diri seseorang:
1.
Agama muncul
karena adanya ketakutan dalam diri manusia.
2.
Pendambaan
akan keadilan dan keteraturan
Melalui teori The four Wishes-nya W.H Thomas
mengemukakan bahwa yang menyebabkan munculnya agama adalah:
1.
Keinginan
untuk keselamatan
2.
Keinginan untuk
penghargaan
3.
Keinginan
untuk ditanggapi
4.
Keinginan
akan pengetahuan dan pengalaman baru
Dari ke empat dasar inilah menurut W.H Thomas
manusia menjadi Beragama. Melalui ajaran-ajaran agama yang teratur, ke empat
dasar itu akan terpenuhi dan tersalurkan.
b.
Psikologi
Transpersonal
Transpersonal
Psychology is the title given to an emerging force in the psychology field by a
group of psychologists and professional men and women from other fields who are
interested in in those ultimated human capacities and potentialities that have
no systematic place in postivictic theory, classical psychoanalytic, or
humanistic theory this psychology concerned specifically with the empirical
scientific study of, and responsible implementation of the findings relevant
to, becaming, individual and species-wide, meta needs, ultimate values, consciousness,
peak experiences, mystical experiences, self actualization, trancendence of the
self.
Psikologi transpersonal adalah istilah yang
muncul dalam psikologi pada madzhab ke empat setelah psikoanalisa,
behavioristik, humanistik. Istilah ini pada mulanya digunakan oleh Carl, Gustav
Jung dalam bahasa Jerman :Uberpersonalich.
Pada pengertian di atas bisa disimpulkan
bahwa psikologi tarnspersonal adalah kajian ilmu yang mengkaji mengenai: kebutuhan-kebuthan
metafisik, nilai-nilai yang tinggi, kesadaran puncak, pengalaman puncak,
pengalaman mistik, aktualisasi diri, transendensi diri.
Hal-hal itulah yang menjadi kajian khusus
dalam psikologi transpersonal.
Agama dan Psikologi Transpersonal
Psikologi transpersonal merupak perluasan
studi tentang kesadaran manusia dengan memasukkan dimensi agama dan spiritual
agama-agama timur sebagaia landasan teori yang kurang terbahas pada madzhab
psikologi sebelumnya.
William James , seorang filsuf dan ilmuawan
terkemuka dari amerika menyatakan: naluri-naluri materiallah yang menghubungkan
kita dengan alam material ini, demikian pula dengan naluri-naluri spiritual
yang menghubungkan kita dengan alam lainnya.
Permasalahan agama dan transpersonal sangat
jelas berkaitan, karena agama adalah media dari kajian-kajian transpersonal
yaitu transendensi diri, pengalaman puncak, kesadaran puncak.
Sudah sangat jelas dalam kajian keagamaan
William James yang banyak sekali menyatakan bahwa kesadaran keagamaan adalah
hal yang sangat subjektif, maka kajian keagamaan akan lebih absah jika seorang
penganut agama membicakan secara langsung mengenai pengalaman-pengalaman
keagamaannya sebagai data. Seseorang yang menjalankan ritual keagamaan scara
benar maka timbul pada dirinya sebuah
pengalaman yang sering disebut sebagai pengalaman spiritual yang berimpilkasi
pada dirinya sebuah kebahagiaan, spirit tersebut sangat mendorong manusia pada
kebaikan-kebaikan.
Tafshir Quran Imamaini Jalalaini
Muthahhari Murtadha, Perspektif Al-Quran Tentang Manusia dan
Agama, terj. Bandung, Penerbit Mizan 1992
Buku Pegangan Psikologi
Transpersonal jilid 1, Erba Rozalina, M.Ag
Jalaluddin,H,Dr,
Psikologi Agama, Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2007
ok...good explaination..
BalasHapusuntuk ayat diatas..jgn lupa merujuk kepada surat dan ayat apa?
BalasHapusKetika kita mengutip pandangan mufassir tentang sebuah konsep...berarti kita harus menyebutkan siapa ahli tafsir tersebut?